Lampah Budaya Mubeng Benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, merupakan tradisi tahunan yang dilakukan dengan mengelilingi area di sekitar Keraton Yogyakarta tanpa berbicara sepatah katapun. Tradisi yang diikuti oleh ratusan orang ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman Sri Sultan Hamengku Bowono II untuk menyambut malam satu suro.
Ritual ini sendiri dilaksanakan sebagai bentuk intropeksi dan pendeketan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa supaya selalu diberikan perlindungan dan keselamatan.
Rangkaian ritual Lampah Budaya Mubeng Benteng Keraton diawali pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem yang dalam tiap kidung liriknya terselip doa-doa serta harapan. Pelantunan macapat ini dilaksanakan di Keben Keraton Yogyakarta.
Sebagai bentuk perenungan dan intropeksi diri, para peserta tirakat selama mengalami mengelilingi benteng dilarang berbicara, minum, maupun merokok. Keheningan total selama perjalan adalah simbol evaluasi sekaligus keprihatinan terhadap segala perbuatan selama setahun terakhir.
Tak hanya warga Yogyakarta saja yang antusias mengikuti ritual ini, masyarakat dari luar kota pun sengaja datang ke Yogyakarta untuk mengikuti tradisi ini. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, tradisi-tradisi yang ada di Keraton Yogyakarta tetap lestari dan tidak hilang termakan zaman. (san/yas)