Berbasis social ecotourism yang berada di kawasan bantaran DAS Code bagian selatan yang disupport dengan atraksi kerajinan dan seni tradisional. Kampung Wisata Dewa Broto secara kewilayahan berada di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan. Nama Dewa Bronto berasal dari nama kelurahan yaitu Brontokusuman konon nama sebuah kampung atau pemukiman yang berada di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan.
Nama Dewa Bronto berasal dari nama kelurahan yaitu Brontokusuman konon nama sebuah kampung atau pemukiman yang berada disekeliling Dalem Brontokusuman. Menurut cerita dan informasi yang ada di masyarakat konon Dalem Brontokusuman adalah tempat tinggal salah satu seorang bangsawan Kraton Kasultanan Yogyakarta yaitu salah seorang putri Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang benama Gusti Bendara Raden Ayu Brontokusumo. GBRAy. Brontokusuo adalah putri ke-8 Hamengku Buwono VII dari permaisuri GKR. Kencana yang kemudian berganti nama menjadi GBRAy. Brontoksumo. KRT Brontokusumo konon adalah seorang Wandhan, semula bernama GKR. Condrokirono I. Oleh karena beliau diterima kepada KRT. Brontokusumo maka kemudian berganti nama menjadi GBRAy Brontokusumo. KRT. Brontokusumo konon adalah seorang wedana magang abdi dalem kraton merangkap Parentah Punokawan Kraton, namun semenjak ayahnya yang bernama KRT. Joyodipuro wafat beliau menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Nayaka Werdana Keparak Tengen.
Sesuai tradisi Kraton Yogyakarta, raja selalu menyediakan tempat tinggal bagi putra putrinya. Tetapi untuk anak perempuan penggunaannya hanya bersifat hak pakai saja selama putri kraton tersebut masih hidup. Setelah meninggal Sesuai tradisi Kraton Yogyakarta, raja selalu menyediakan tempat tinggal bagi putra putrinya. Tetapi untuk anak perempuan penggunaannya tempat tinggal tersebut diambil kembali oleh kraton untuk selanjutnya diberikan atau dipakaikan kepada orang lain yang berhak, begitu puladengan dalem brontokusuman. Oleh karena GBRAy. Brontokusumo adalah putri Sri Sultan maka beliau berhak menempati Dalem tersebut sehingga akhirnya Dalem tersebut dikenal dengan nama Dalem Brontokusuman. Setelah beliau meninggal dalem tersebut diminta kembali oleh kraton dan dibiarkan kosong dalam waktu yang cukup lama karena belum ada yang diberi hak untuk menempatinya. Sampai akhirnya oleh Bung Karno halaman depan dalem tersebut dipinjam untuk mendirikan Museum Perjuangan. Baru selanjutnya dalem tersebut ditempati oleh GBPH. Puger, yaitu putra bungsu ke-41 Sri Sultan Hamengku Buwono VII dari garwa BRAy. Retnopuspito. Sehingga dalam kurun waktu berikutnya dalem tersebut dikenal dengan Dalem Pugeran hingga sekarang namun untuk nama kampungnya tetap dikenal dengan nama Brontokusuman hingga sekarang.
sumber : pariwisata.jogjakota.go.id
- out bond dan susur sungai dengan menggunakan ban yang jaraknya kurang lebih 1200M.
- atraksi flaying fox dari atas DAM Sungai Code turun menyebrang disisi barat sungai.
- taman interaksi yang diberi nama Taman Edukasi Dan Bermain.
- kuliner khas yang dimiliki yaitu Sate Telo yang merupakan kuliner cita rasa sate namun menggunakan bahan dasar ketela yang memang banyak tersedia bahan bakunya karena di Kampung Wisata Dewa Bronto terdapat pasar tradisional yang khusus menyediakan dan menjual ketela yang dikenal dengan nama Pasar Tela Karang Kajen.
- kerajinan yang ada yaitu kerajinan membuat blangkon dan kerajinan berbahan baku daur ulang.
Dalam rangka penguatan atraksi, Kampung Wisata Dewa Bronto menggelar Atraksi Budaya Dan Tradisi Merti Tumpeng Robyong yang dalam prosesinya terdapat atraksi Raja Melawan Arus dan Kirab Budaya Serta Kenduri Agung.
Ittenerary Paket Dasar :
08.30 – 09.00 | Seremonial Welcome Drink Bajigur |
09.00 – 09.30 | Atraksi Jathilan Reog Anak |
09.30 – 10.30 | Permainan Flaying Fox |
10.30 – 12.00 | Susur Sungai dengan Ban |
12.00 – 13.00 | Atraksi dan Worksop Seni Karawitan |
13.00 – 14.00 | Makan Siang |
Keterangan :
- Reservasi satu hai sebelumnya
- Harga Rp 150.000pax-minimal 15pax
- Batik “Canting Makaryo”
- Sate Telo
Marsudi: 08122513346-081542685228