Pendiri Museum Wayang Kekayon adalah Soejono Prawirohadikusumo. Inspirasi museum diperoleh saat studi di Gronigen, Belanda pada tahun 1966-1967. Pada waktu itu seorang direktur Rijksmuseum, Amsterdam mengemukakan adalah dosa bila di Yogyakarta tidak memiliki museum wayang dan mendirikan museum pribadi bukanlah persoalan kaya atau berduit, tetapi persoalan motivasi, ketekunan, dan kesabaran.

Contoh konkret adalah seorang amtenar di Purworejo berbekal ketekunan yang luar biasa dapat mempunyai koleksi yang sangat besar dan bernilai; di kemudian hari dihadiahkan kepada Museum Nasional di Jakarta. Amtenar tersebut bukan seorang miliarder, dia hanya seorang pegawai biasa. Namun selama puluhan tahun dia membeli koleksi dari sisa gajinya. Keberhasilannya mengoleksi adalah berkat ketekunan, kesabaran, motivasi, dan panjangnya tahun.

Demikian ucapan direktur tersebut telah memberi inspirasi kepada sang pendiri untuk mewujudkan sebuah museum wayang di Yogyakarta. Setelah melalui waktu yang cukup panjang yakni seperempat abad kemudian Museum Wayang Kekayon pun akhirnya berdiri dan diresmikan oleh Paku Alam VIII pada tanggal 5 Januari 1990. Museum mulai beroperasi sepenuhnya 1,5 tahun kemudian.

Kompleks Museum Wayang Kekayon terdiri dari:

  • Museum Wayang, terdiri dari satu unit auditorium (tempat memberi informasi mengenal asal-usul dan klasifikasi wayang) dengan sembilan unit ruang pameran yang menggelarkan segala macam wayang yang pernah ada di Jawa, ditambah beberapa wayang dari luar Jawa dan mancanegara.
  • Gedung induk dengan arsitektur khas Jawa.
  • Sejarah dalam Taman terdiri dari bangunan-bangunan yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman manusia purba, pengaruh Austronesia, Hindu, era Majapahit, pengaruh Islam, Belanda, era Kartasura, era Mangkubumi, zaman Jepang, sampai proklamasi.
  • Taman dan hutan mini merupakan lingkungan hidup yang ditata sesuai kaidah melindungi dan melestarikan flora dan fauna.

Lingkungan Hidup Kompleks Kekayon merupakan wahana sekaligus sarana belajar ekstrakurikuler mengenai mata pelajaran cinta lingkungan hidup dan kebudayaan bangsa. Sesuai dengan sengkalan yang terpancang pada gapura Lingkungan Hidup Kompleks Kekayon: Kekayon (7), Siaga (8), Angsti (9), Wiyata (1) yang artinya Lingkungan Hidup Kekayon siap memberi bimbingan/pendidikan. Bilangan tahun tersebut (1987) menunjukkan tahun selesainya bangunan-bangunan dalam kompleks museum.

source : www.museumindonesia.com