Foto : @yollathea

Hampir semua jenis kuliner terkenal di Indonesia berasal dari kota Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan salah satu kuliner khas Jogja yang sering disebut dengan gudeg. Hal ini kemudian membuat gudeg menjadi begitu populer dan bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia.

Gudeg bisa Anda temukan di pinggiran jalan hingga di restoran bintang lima. Nah, salah satu penjual gudeg yang cukup terkenal dari Jogja ini adalah gudeg Bu Tekluk. Kuliner gudeg memang sudah sangat melegenda di Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan sejarah atau legenda dari gudeg Bu Tekluk.

Legenda Gudeg Bu Tekluk

Kuliner dari gudeg Bromo Bu Tekluk ini menjadi begitu terkenal dengan proses yang panjang. Gudeg Bu Tekluk ini sendiri sudah berdiri sejak tahun 1984 silam. Nama asli dari gudeg Bu Tekluk ini awalnya adalah gudeg Bromo. Perintis dari bisnis gudeg ini bernama Bu Sumijo.

Penamaan dari gudeg ini ternyata bukanlah sembarangan. Kata ‘tekluk’ sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah terkantuk-kantuk atau mengalami kantuk berat yang membuat kepala seseorang menjadi tidak sengaja tertunduk.

Maklum saja, lantaran berjualan gudeg ini di malam hari, maka penjualnya pun sering kali terlihat sedang terkantuk-kantuk ketika sedang melayani para pembelinya. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penamaan dari kedai Bu Tekluk ini.

Meskipun jam berjualannya malam, atau yang sering disebut dengan kuliner malam Jogja, namun tidak pernah menyurutkan niat bagi para pembeli untuk mencicipi gudeg buatan Bu Sumijo ini.

Awalnya, kedai gudeg Bromo Bu Tekluk ini sering kali dijadikan sebagai jujukan para mahasiswa setelah lembur mengerjakan tugasnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kedai atau tempat makan ini sudah menjadi salah satu jujukan utama bagi banyak orang yang merasa kelaparan di tengah malam.

Hal ini tentu bisa dijadikan sebuah pilihan alternatif ketika Anda sedang kelaparan dan ingin menikmati kuliner malam di Jogja. Jam buka dari kedai ini adalah sekitar pukul 11 malam hingga pukul 5 pagi.

Nah, menu utama yang ditawarkan dari kedai Bu Tekluk ini adalah gudeg basah. Satu porsi dari gudeg basah ini akan dilengkapi dengan berbagai jenis lauk pauk yang begitu menggoda. Lauk pauk yang dimaksud ini mulai dari tempe, tahu, ayam suwir, telur bacem, hingga daging ayam.

Buat Anda para pecinta pedas tenang saja, karena akan diberikan beberapa buah cabai di dalam piring untuk menemani santap pedas Anda di malam itu.

Lokasi Kedai Gudeg Bromo

Gudeg Bromo Bu Tekluk terdapat di Jalan Affandi nomor 2A, Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kedai ini lokasinya tepat berada di seberang dari Ciao Gelato. Jika Anda berangkat dari pusat kota Jogja, maka untuk menuju ke kedai gudeg Bromo ini hanya berjarak sekitar 5 km saja.

Jam buka dari kedai ini memang sekitar pukul 11 malam. Namun, pukul 10 malam sudah banyak sekali orang yang berdatangan untuk mengantri. Sementara itu, untuk harga yang dipatok dalam satu porsi gudeg Bromo ini adalah sekitar 20 ribuan saja. Namun, harga yang ditawarkan relatif, tergantung dari lauk apa yang Anda pilih.

Tentunya, gudeg Bromo ini menjadi salah satu kuliner malam Jogja yang patut untuk Anda coba bersama keluarga. Selain harganya yang terbilang murah, rasa yang dihasilkan pun sangatlah enak. Dimana mungkin cara pengolahan dan bahan yang digunakan masih sangat tradisional dan alami, sehingga cita rasa yang dihasilkan juga begitu pekat.

Bagi Anda yang tinggal di Jogja dan sudah sangat familiar dengan gudeg, tentunya hal ini sedikit biasa. Namun, bagi para pendatang atau wisatawan yang berasal dari luar kota, tentu kuliner malam semacam ini sangat perlu untuk dicoba. Terlebih bagi Anda yang suka lapar di malam hari dan bingung mau makan apa.

Demikianlah hal-hal yang bisa diulas dari cita rasa gudeg Bromo Bu Tekluk. Masih ada banyak sekali jenis kuliner malam yang bisa Anda eksplore jika sedang berlibur ke Jogja. Hal inilah yang membuat Jogja dikenal sebagai surganya kuliner di Indonesia. Banggalah Anda menjadi orang Indonesia yang memiliki beragam kuliner nusantara yang tentunya menggugah selera dengan cita rasa khas dari masing-masing daerah asal.