Apa yang Anda pikiran jika mendengar nama gunung kidul? Anda pasti akan memikirkan dua hal. Pertama, destinasi tujuan wisata menari dan yang kedua adalah wilayah tandus, tanah berbatu, serta curah hujan yang rendah. Benar, gunung kidul adalah sebuah wilayah di daerah Yogyakarta yang sulit ditumbuhi tanaman kecuali tanaman padi tadah hujan yang dapat tumbuh subur.
Karena kondisi geografis yang demikian, sebagian jenis padi tadah hujan yang tumbuh disana menghasilkan nasi yang berwarna merah. Meskipun nasi merah juga banyak ditemukan di pasaran, akan tetapi nasi merah gunung kidul berbeda lagi.
Hal inilah yang membuat penduduk lokal menggunakan nasi merah tersebut untuk dijadikan makanan khas Gunung Kidul. Istilah sego abang berasal dari Jawa yang artinya nasi merah. Rumah makan ini sudah berdiri sejak Februari 2017 sengaja dibangun dan didesain untuk dijadikan destinasi wisata kuliner. Nasi merah gunung kidul selalu menjadi favorit wisatawan atau masyarakat setempat yang berkunjung kesana.
Warna merah alami dari nasi sego serta citra rasa khas yang muncul ketika nasi ini dimasak membuatnya menjadi primadona setiap orang dari berbagai kalangan. Agar terjaga kualitasnya, proses memanen padi, mengolah beras, dan cara memasaknya masih menggunakan cara tradisional.
Cara memanen padi tadah hujan itu ialah dengan cara dipisah tiap helainya yakni dengan memotong batang padi tersebut menggunakan ani-ani. Ani-ani adalah alat memanen yang digunakan untuk memotong batang padi tiap helai per helai. Hal ini untuk menjaga agar padi tidak mudah rontok. Kemudian padi diolah dari bulir-bulir padi yang belum terpisah dari batangnya. Setelah itu berasnya ditumbuk untuk memisahkan padi dari sekamnya.
Setelah padi ditumbuk, kemudian menakar jumlah sego abang yang ingin dibuat. Memasak beras merah itu pun tidak sembarangan, melainkan harus dimasak dengan menggunakan tungku tanah liat dan memakai kayu bakar. Sebelum ditanak dengan kukusan yang terbuat dari anyaman bambu (soblok), terlebih dahulu beras tersebut harus diaduk.
Agar nasi menjadi lunak dan gurih, memasak dengan menggunakan cara tradisional seperti ini juga tidak akan menghilangkan tekstur serat nasi dan tidak membuat nasi menjadi lembek. Untuk memasak nasi ini pun membutuhkan waktu yang lama, berbeda dengan nasi biasa yang akan hanya dalam waktu setengah jam. Nasi khas Gunung Kidul ini membutuhkan waktu hingga tiga per empat jam barulah nasi siap dihidangkan.
Sego abang seringkali disantap bersama dengan sayur lombok ijo. Sayur ini merupakan hidangan yang dimasak bersama kuah santan dan diberi racikan potongan cabai hijau yang dipadukan dengan tempe kedelai. Tempe yang digunakan untuk disantap bersama dengan nasi berwarna merah ini pun bukan sembarang tempe, melainkan tempe tradisional yang dibungkus daun jati atau daun pisang.
Selain sayur lombok ijo, ada banyak varian yang bisa Anda coba seperti sayur lodeh, oseng daun pepaya, pecel, sayur asem, dan brongkos. Untuk lauk lain ada olahan ayam dan ikan seperti ayam goreng bacem, ampela ati, ayam bakar dan masih banyak lagi. Variasi minuman juga cukup lengkap, ada jus buah, wedang uwuh, wedang teh poci, kopi hingga jamu tradisional bisa kita dapatkan seharga Rp3.000-Rp13.000.
Untuk kuahnya diracik dengan berbagai macam rempah-rempah seperti jahe, kemiri, bawang merah, dan bawang putih yang menghasilkan rasa gurih bercampur dengan rasa pedas. Menu pendamping lain yang dapat disantap bersama nasi merah yaitu dimakan bersama ikan wader goreng, urap trancam, daging sapi goreng, serta iso babat goreng.
Selain berbagai macam pilihan, warung makan ini menyediakan paket prasmanan seharga Rp25.000-Rp45.000 per orang dan makanan lain bisa Anda nikmati mulai dari Rp35.000-Rp40.000 untuk menu khas Gunung Kidul dan Rp5.000-Rp40.000 untuk makanan regular.
Beralamat di Jalan KRT Judodiningrat Siraman, Wonosari, Gunung Kidul, warung sego abang khas gunung kidul ini buka setiap hari mulai pukul 08.00-20.00 WIB. Jangan sampai Anda melewatkan kesempatan menikmati kuliner yang lezat ini.