Tak banyak yang tahu bahwa Nglanggeran memiliki titik pantau yang sangat strategis. Kondisi topografi Nglanggeran yang berada diketinggian dengan puncak-puncak gunungnya menjadi alasan untuk menjadi pos pantau. Kebiasaan menetapkan pos pantau telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Di masa itu, orang Belanda mencari tempat yang paling tinggi untuk menentukan arah mata angin serta mencari titik koordinat yang dihitung menggunakan hukum Sinus. Titik inilah yang kemudian disebut Triangulasi.

Trianggulasi digunakan pada bidang pemetaan, navigasi, meteorologi, astrometri, binokular dan pendidikan senjata artileri. Triangulasi juga bisa dimanfaatkan dalam proses pembuatan peta. Triangulasi di Nglanggeran ini menjadi situs bersejarah terutama pada masa perang kemerdekaan. Pada saat Agresi Militer Belanda II tahun 1948, lokasi ini dijadikan sebagai pos pantau gerak gerik tentara Belanda yang mengejar pasukan TNI yang bergeriliya bersama Jenderal Soedirman. Untuk mengenang perannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan maka dibangun tugu peringatan di  titik Triangulasi ini.


Triangulasi- The Most Strategic Observation Post

Nglanggeran has a highly strategic observation point. The topographical conditions of Nglanggeran, situated at a high elevation with its mountain peaks, provide a compelling reason to establish an observation post. The practice of setting up observation posts has been in place since the colonial Dutch era. During that time, the Dutch sought the highest points to determine compass directions and calculate coordinates using trigonometric principles. These points were then referred to as triangulation points.  

Triangulation is used in the fields of mapping, navigation, meteorology, astrometry, binoculars, and artillery education. It can also be utilized in the map-making process. Triangulation in Nglanggeran holds historical significance, especially during the Indonesian War of Independence. During the Dutch Military Aggression II in 1948, this location served as an observation post for Dutch troops pursuing the Indonesian National Armed Forces (TNI) led by General Soedirman. To commemorate its role in the struggle for independence, a monument was erected at this triangulation point