Yogyakarta tak pernah kehabisan cara untuk membuat akhir pekanmu istimewa. Di balik gemerlap destinasi wisata, tersembunyi ruang-ruang hangat yang tumbuh dari akar budaya, kreativitas warga, dan semangat hidup yang membumi, itulah pasar komunitas.

Setiap akhir pekan, empat pasar komunitas hadir tak sekadar sebagai tempat bertemu penjual dan pembeli, tapi sebagai ruang hidup budaya: tempat ide, rasa, dan tradisi berkelindan dalam bentuk kuliner lokal, kerajinan tangan, pertunjukan seni, dan interaksi antargenerasi.

Pasar ini adalah cermin dari kearifan lokal yang terus berdenyut—sederhana, namun sarat makna. Yuk, lengkapi akhir pekanmu dengan pengalaman yang menyentuh hati dan memperkaya jiwa!

Pasar Wiguna: Hadirkan Konsep Pasar Tematik yang Edukatif dan Berkelanjutan di Yogyakarta

Dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi kreatif, pelestarian budaya lokal, serta gaya hidup ramah lingkungan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Daerah DIY menyambut baik dan mengapresiasi penyelenggaraan Pasar Wiguna sebagai pasar tematik berbasis komunitas yang mengusung nilai kesehatan, lokalitas, dan pengurangan limbah.

Pasar Wiguna secara rutin diselenggarakan setiap dua pekan sekali pada hari Minggu, bertempat di kawasan terbuka hijau Taman Plaza Ambarrukmo, Alun-Alun Kedhaton Ambarrukmo, Sleman. Kegiatan ini terbuka untuk masyarakat umum dan dimulai sejak pukul 08.00 hingga 13.00 WIB.

foto: @pasarwiguna
Mendorong Gaya Hidup Sehat dan Ekonomi Lokal

Nama “Wiguna” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “bermanfaat”. Filosofi ini tercermin dalam semangat penyelenggaraan Pasar Wiguna yang menghadirkan ragam produk lokal yang sehat, alami, serta ramah lingkungan. Produk yang ditawarkan mencakup berbagai kategori seperti kuliner, kerajinan tangan, produk perawatan diri, serta barang-barang fungsional yang mendukung gaya hidup minim limbah.

Selain sebagai ruang berbelanja, pasar ini juga menjadi tempat edukasi dan interaksi komunitas. Pengunjung diajak untuk mengikuti berbagai aktivitas kreatif dan keluarga, seperti lokakarya, pertunjukan seni, hingga kegiatan literasi anak di ruang terbuka.

Kolaborasi Nasional dan Komitmen terhadap Keberlanjutan

Pasar Wiguna merupakan inisiatif kolaboratif yang didukung oleh Ambarrukmo Group dan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui program nasional Wonderful Indonesia. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2021, pasar ini telah berkembang menjadi salah satu agenda kreatif unggulan di DIY.

foto: @pasarwiguna

Sumber : @pasarwiguna

Pasar Mustokoweni: Ekosistem Kreatif Ramah Lingkungan di Tengah Kota

Mendorong penguatan ekonomi lokal berbasis komunitas dan pelestarian gaya hidup berkelanjutan, Pasar Mustokoweni menajdi salah sebuah pasar musiman yang wajib dikunjungi, hadir secara rutin di Pelataran Mustokoweni Heritage Hotel, Kota Yogyakarta (Jalan A.M. Sangaji No. 72, Yogyakarta).

Pasar Mustokoweni hadir setiap dua pekan sekali pada hari Sabtu, mulai pukul 08.00 hingga 13.00 WIB. Terbuka untuk masyarakat umum, pasar ini mengangkat semangat kemandirian produsen lokal serta memperkuat interaksi antara pelaku usaha dan konsumen dalam suasana yang santai, hijau, dan inklusif.

foto : @mrafiqmnndr
Menawarkan Produk Sehat dan Bernilai Lokal

Pasar Mustokoweni menghadirkan berbagai produk unggulan hasil kurasi dari pelaku usaha mikro, petani kecil, serta perajin lokal. Produk yang ditawarkan meliputi kebutuhan sehari-hari yang sehat, alami, dan ramah lingkungan, seperti bahan pangan organik, makanan dan minuman tanpa pengawet, kerajinan tangan bernilai seni, serta produk rumah tangga berbahan alami.

Keunikan Pasar Mustokoweni terletak pada keterlibatan langsung para produsen yang siap menceritakan proses pembuatan produk, asal bahan baku, hingga filosofi di balik setiap karya. Hal ini memberikan pengalaman belanja yang lebih transparan, edukatif, dan berkesan bagi para pengunjung.

foto: @ekaagustina45
Komitmen terhadap Lingkungan dan Budaya

Dengan atmosfer rindang di bawah pepohonan kota, Pasar Mustokoweni menawarkan pengalaman berbelanja yang nyaman dan ramah lingkungan di tengah suasana urban. Kegiatan ini juga menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pasar tradisional dapat berevolusi menjadi ruang alternatif yang mendukung nilai keberlanjutan, kebudayaan lokal, dan solidaritas ekonomi.

foto: @ekaagustina45

Peken Klangenan Kotagede: Pasar Budaya Komunitas di Jantung Warisan Kota Tua Yogyakarta

Di tengah suasana historis kawasan Kotagede, Kota Yogyakarta, hadir sebuah inisiatif berbasis komunitas yang menghidupkan kembali denyut budaya lokal: Peken Klangenan Kotagede. Bertempat di Kebon Ndalem, kompleks Benteng Cepuri Kotagede, pasar budaya ini menghadirkan perpaduan antara kuliner tradisional, kerajinan tangan, seni pertunjukan, hingga kegiatan edukatif yang dikemas dalam suasana khas kota tua.

Diselenggarakan setiap akhir pekan, pasar ini dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00 hingga 17.00 WIB, dan secara khusus dibuka hingga pukul 21.00 WIB pada akhir bulan dengan rangkaian acara malam hari.

Pasar Tradisi Bernuansa Edukasi dan Kebudayaan

Peken Klangenan berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: peken berarti pasar, dan klangenan merujuk pada sesuatu yang menyenangkan hati atau membangkitkan kenangan. Nama ini menggambarkan esensi pasar sebagai ruang yang tidak hanya menjadi tempat jual beli, tetapi juga wahana untuk menikmati dan memahami budaya lokal secara utuh.

Setiap akhir pekan, pengunjung akan disambut oleh lebih dari 30 tenant terkurasi yang terdiri dari pelaku kuliner tradisional, perajin, seniman lokal, hingga pelestari budaya. Produk-produk yang dihadirkan sangat beragam, mulai dari makanan khas seperti sego gule, miedes, dawet, bajigur, dan jamu gendong, hingga kerajinan tangan lokal yang berbasis material alami. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan seni budaya seperti angklung, gamelan, serta pertunjukan tari yang memukau. Tidak hanya itu, tersedia pula kelas interaktif seperti membatik, melukis, serta area bermain edukatif yang dirancang khusus untuk anak-anak, sehingga menjadikan pengalaman berkunjung semakin kaya dan menyenangkan.

Identitas Budaya Lewat Busana dan Sikap

Peken Klangenan juga mengedepankan pendekatan visual dan etnografis dalam pelestarian budaya. Seluruh pengelola dan pelaku pasar diajak mengenakan busana tradisional Jawa seperti kebaya, lurik, dan kain jarik sebagai bagian dari identitas dan kesadaran budaya. Hal ini diharapkan menjadi pemantik bagi masyarakat luas untuk menjadikan pakaian adat sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar kostum seremoni.

Ruang Sosial dan Ekonomi yang Tumbuh Bersama

Sejak pembukaan resminya pada Mei 2025, Peken Klangenan telah menjadi magnet baru bagi warga lokal dan wisatawan. Dengan rata-rata kunjungan mencapai 500–700 orang setiap akhir pekan, pasar ini tidak hanya menggeliat sebagai ruang ekonomi alternatif, tetapi juga sebagai forum pertemuan budaya antar generasi.

Selain menjadi wadah promosi produk lokal, kegiatan ini juga membuka ruang untuk diskusi kebudayaan, pengembangan literasi sejarah, dan pelibatan kreatif komunitas melalui seni dan edukasi.

Pasar Suwatu: Pesona Pasar Pagi Tercantik di Jogja

Pasar Suwatu berlokasi di kawasan Suwatu by Mil & Bay, Desa Sumberwatu, Sambirejo, Sleman, pasar ini bukan sekadar ruang transaksi, melainkan ruang ekspresi, interaksi, dan kontemplasi dalam balutan panorama alam yang memukau.

Menghidupkan Kalender Jawa Melalui “Minggu Legi”

Pasar Suwatu hanya digelar setiap Minggu Legi, salah satu hari pasaran dalam kalender Jawa, menjadikannya destinasi yang eksklusif dan dinantikan. Momentum ini tidak hanya menjadi ajang perputaran ekonomi lokal, tetapi juga perayaan nilai-nilai budaya yang dikemas dalam nuansa kekinian.

Pemandangan Alam yang Menyatu dengan Aktivitas Pasar

Beroperasi dari pukul 07.00 hingga 12.00 WIB, Pasar Suwatu menawarkan pengalaman berbelanja dan bersantai dengan latar belakang yang mengesankan: hamparan sawah hijau, siluet Candi Prambanan, dan kemegahan Gunung Merapi yang berdiri kokoh di kejauhan. Kombinasi ini menjadikan pasar sebagai salah satu spot paling fotogenik di Yogyakarta.

Arsitektur lokasi yang menyatu dengan alam, dominasi material bambu, kayu, dan elemen dekoratif bergaya tropis modern, membuat suasana terasa hangat dan nyaman. Tak heran jika pasar ini dijuluki sebagai salah satu pasar pagi tercantik di Jogja.

foto: @suwatu.by.milandbay
Produk Lokal dan Ragam Kuliner Tradisional

Lebih dari 70 pelaku UMKM turut meramaikan pasar dengan menjajakan produk-produk khas seperti makanan tradisional (nasi kuning, pecel, soto, siomay), minuman herbal, kerajinan tangan, produk fashion lokal, hingga barang preloved. Harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau, mulai dari Rp 10.000. Konsep pasar ini mendukung pemberdayaan ekonomi lokal, memberikan ruang bagi para pelaku usaha mikro untuk berkembang dan menjangkau pasar wisatawan yang lebih luas.

Aktivitas Pelengkap: Yoga Pagi, Hiburan, dan Gaya Hidup Sehat

Menariknya, Pasar Suwatu juga menyediakan kelas yoga terbuka yang dimulai pukul 06.00 WIB, sebelum pasar resmi dibuka. Selain itu, pengunjung dapat menikmati hiburan live acoustic, pertunjukan tari tradisional, face painting, dan nail art.

foto: @suwatu.by.milandbay
Aksesibilitas & Tiket Masuk

Masuk ke area Pasar Suwatu tidak dipungut biaya. Pengunjung cukup membayar untuk aktivitas opsional seperti yoga atau berdasarkan konsumsi pribadi. Akses menuju lokasi cukup mudah dijangkau dari pusat kota Yogyakarta, dengan estimasi waktu perjalanan sekitar 45 menit.