Tak kurang dari 600 gua sudah berhasil teridentifikasi di daerah Gunungkidul, kawasan karst yang telah mendapatkan pengakuan dunia tersebut.

Namun dari jumlah tersebut, jumlah gua yang dikembangkan untuk menjadi objek pariwisata belum mencapai 100 gua.

Satu di antara gua baru, yang secara resmi dibuka untuk pariwisata pada Agustus 2016 adalah Gua Tanding.

Gua Tanding terletak tak jauh dari gua yang lebih dulu melejitkan wisata Gua di Gunungkidul, yakni Gua Pindul. Terletak di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, posisinya berada di sebelah selatan Gua Pindul.

Pengelola Gua Tanding, Supadi mengatakan Gua Tanding dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sadamwisata yang juga bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Gunungkidul.

Gua yang masih aktif dengan aliran sungai bawah tanahnya tersebut, memiliki kedalaman air bervariasi yakni 1-5 meter dan panjang gua 450 meter.

“Berhubung start dan finish di satu titik yang sama, maka aktivitas yang dilakukan di dalam sepanjang 900 meter. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk menyusuri gua,” jelasnya kepada wartawan, Selasa (4/10/2016).

Sebelum berpetualang di dalam gua, terlebih dahulu wisatawan diwajibkan menggunakan perlengkapan keselamatan yang meliputi jaket pengaman, helm, dan juga sepatu antiair.

Berbeda dengan Gua Pindul yang dalam penyusuran gua menggunakan ban, di Gua Tanding wisatawan menggunakan perahu karet dengan kapasitas 6 wisatawan dan 2 pemandu yang bertugas menyampaikan informasi, memfasilitasi penerangan, dan juga mendayung perahu karet.

“Sebelum masuk gua, wisatawan akan diberikan arahan dan juga dipersilahkan untuk berdoa menurut keyakinan masing-masing,” tuturnya.

Ada tiga zona yang dilewati wisatawan Gua Tanding, yakni zona terang, remang, dan gelap. Berbagai macam bentuk dan ukuran stalaktit dan stalakmit yang sebagian dilapisi batu kristal, tampak berkilauan diterpa sinar matahari yang masuk melalui ventilasi gua.

“Ada ventilasi buatan dan juga ventilasi yang berasal dari sumur yang menjadi cikal bakal ditemukannya Gua Tanding ini,” tambah pria yang dikenal juga dengan nama Bob Sretheng tersebut.

Ketika Tribun Jogja menyusuri Gua Tanding di zona terang tampak sebuah pulau di sisi kiri Gua yang terbentuk karena reruntuhan dinding gua. Berdasarkan informasi yang diberikan pemandu, terdapat tiga pulau, baik kecil dan besar di dalam Gua.

Memasuki zona remang, tampak beberapa kalelawar pemakan serangga menghiasi dinding gua. Mereka biasa disebut kampret oleh penduduk lokal.

Di penghujung gua, tepatnya di zona gelap, seluruh wisatawan diminta untuk mematikan seluruh alat penerangan. Tak ada satupun sumber cahaya yang membuat seluruh indera penglihatan hanya terisi hitam seluruhnya.

Di sana, wisatawan diminta memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk bersyukur atas nikmat yang telah dirasa dan berempati dengan mereka anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini tunanetra.

Selain menyusuri Gua Tanding reguler, Supadi menjelaskan bahwa mereka juga memberikan paket masuk gua secara vertikal dengan rappelling melalui lobang yang ada di atap gua.

Paket masuk reguler dibanderol dengan harga Rp 150 ribu per orang untuk wisatawan lokal dan Rp 200 ribu untuk wisatawan asing.

Fasilitas yang didapat meliputi penelusuran gua dengan perahu karet, pemandu, jaket pengaman, sepatu karet, asuransi, terapi ikan, dan satu kali konsumsi.

Sementara untuk paket masuk vertikal dihargai Rp 200 ribu per orang untuk wisata domestik dan Rp 250 ribu untuk wisatawan mancanegara. Failitas yang diberikan tak berbeda jauh dengan paket masuk reguler. (Tribun Jogja/Kurniatul Hidayah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here