Pandeyan, sebuah kampung yang berada di Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta selama ini banyak dikenal masyarakat luas karena event yang rutin digelar yakni Bakdo Kupat.
Selain memiliki event tahunan tersebut, banyak hal menarik yang bisa dijumpai di Pandeyan, karena memang kampung ini adalah satu diantara 17 kampung wisata yang ada di Kota Yogyakarta.
“Sejak tahun 2012 yang lalu Pandeyan resmi menjadi kampung wisata berbasis sosial kebudayaan,” ujar Muhammad Darobi, satu diantara pengelola kampung wisata Pandeyan.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Robi tersebut mengatakan sejarah panjang kampung Pandeyan adalah salah satu modal awal untuk merintis sebuah kampung wisata.
Tukang Pandai
Nama Pandeyan sendiri disematkan pada kampung ini karena pada zaman dahulu hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai tukang pandai besi.
Beragam peralatan berbahan besi mulai dari pisau, sabit, cangkul, hingga gamelan dihasilkan kampung ini. Hingga saat ini di Pandeyan masih tersisa seorang tukang pande besi yang membuat gamelan.
“Saat ini yang berkembang dengan baik di kampung kami adalah beragam kesenian tradisional. Dan itu menjadi daya tarik utama kampung wisata Pandeyan,” jelas Robi.
Beberapa kesenian yang menjadi daya tarik adalah pementasan wayang kulit, ketoprak, hadroh, karawitan, keroncong, jatilan, dan bregodo.
Yang juga spesial dari kampung wisata Pandeyan adalah, beragam kesenian tradisional tersebut dipentaskan secara reguler.
Dikatakan Robi, untuk pementasan wayang kulit dilaksanakan tiap Kamis malam, ketoprak pada Senin malam, serta karawitan pada Minggu malam.
Karena menggelar pentas kesenian tradisional secara reguler, kampung wisata Pandeyan menjadi referensi yang tepat bagi wisatawan yang ingin menyaksikan pertunjukan tradisional.
“Tidak banyak tempat di Yogyakarta yang menggelar pertunjukan tradisional secara reguler. Kami berharap kampung ini menjadi rujukan bagi para wisatawan yang ingin menyaksikan pertunjukan tradisional,” tambah Robi.
Gamelan
Awal mula dirintis, kampung wisata Pandeyan hanya bermodalkan beberapa gamelan yang bisa diselamatkan dari gempa 2006.
Karena paska musibah gempa warga memerlukan hiburan, muncul inisiatif untuk melengkapi gamelan yang tersisa agar bisa dimainkan dan menjadi hiburan.
Dari sana, masyarakat semakin bersemangat melestarikan dan mengembangkan ragam kesenian tradisional.
Saat ini, kampung Pandeyan telah memiliki peralatan yang lengkap untuk semua kesenian yang dikembangkan.
Bahkan untuk kelompok bregodo yang semula hanya memiliki delapan kostum bregodo saat ini telah memiliki 80 kostum untuk tiga bregodo yang ada di Pandeyan.
Bahkan ketiga bregodo yang ada di Pandeyan, yakni Bregodo Lombok Abang, Lombok Ijo, dan Kalinyamat (putri) telah memenangkan beragam perlombaan.
Paket Wisata
Untuk terus menarik minat wisatawan datang, pengurus kampung wisata Pandeyan menyediakan beberapa paket wisata.
Mulai dari para wisatawan yang diajak berkeliling kampung melihat dari dekat kehidupan masyarakat, hingga menyediakan dinner bagi wisatawan di tengah pertunjukan kesenian tradisional.
Bagi wisatawan yang ingin secara langsung merasakan kehidupan di kampung Pandeyan, mereka bisa menginap di beberapa rumah yang telah disiapkan pihak pengelola.
“Kami juga punya beberapa makanan tradisional khas Pandeyan, yakni sego sesek atau nasi jagung, sayur lompong, dan sagon,” kata Robi.
Meski berada di tengah perkotaan, nuansa pedesaan masih sangat terasa di kampung yang ditinggali lebih dari 400 kepala keluarga ini.
Kegiatan gotong royong masih sangat kental terasa. “Kampung wisata ini terwujud karena gotong royong dan dukungan dari seluruh masyarakat Pandeyan,” pungkas Robi. (tribunjogja/Hamim Thohari)