Sebagai bentuk penghargaan terhadap kiprah perjuangan kaum perempuan Indonesia dibangunlah Gedung Museum Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama dalam rangka memperingati Kongres Perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta. Pembangunan gedung monumen ini pertama kalinya diprakarsai oleh Ibu Sri Mangunsarkoro di Kongres Wanita Indonesia tahun 1952 di Bandung.
Dalam kongres tersebut, Ibu Sri Mangunsarkoro mengusulkan monumen tersebut dibangun tidak berwujud tugu melainkan berbentuk gedung dengan tujuan dapat digunakan sebagai aktfitas sehari-hari serta mampu meningkatkan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Usulan tersebut diterima para peserta kongres sehinggal menjadi keputusan kongres, dan keputusan tersebut di terima penasehat Yayasan Hari Ibu, yaitu Ngarsa Dalem IX.
Diketuai Ibu Sri Mangunsarkoro, panitia peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia beserta anggota lainnya mempersiapkan segala sesuatu sehingga peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Sukonto selaku Ketua Kongres I pada tanggal 22 Desember 1953.
Peletakan batu pertama pembangunan gedung induk bertepatan dengan peringatan 40 tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Pembangunan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan dana yang masuk. Peresmian Gedung Monumen Wanita Indonesia dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Desember 1983.
Bangunan tersebut terdiri atas:
1. Bangunan Balai Shinta merupakan bangunan pendopo joglo.
2. Balai Srikandi dikhususkan untuk Museum Pergerakan Wanita Indonesia.
3. Balai Kunthi difungsikan untuk ruang pertemuan.
4. Balai Utari difungsikan sebagai ruang pertemuan.
5. Wisma Arimbi, lantai atas difungsikan sebagai penginapan dan lantai bawah untuk perkuliahan atau rapat.
6. Wisma Sembodro merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai penginapan
Di Pendopo Joglo bangunan Balai Shinta terpampang dua buah relief yang menggambarkan:
1. Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Kolonial.
2. Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Perang Kemerdekaan.
3. Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Demokrasi Liberal.
4. Pergerakan Wanita Indonesia dalam masa Demokrasi Terpimpin.
5. Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Orde Baru.
Balai Srikandi merupakan yang difungsikan sebagai museum. Adapun materi koleksi yang dipamerkan berupa diorama perjuangan wanita, potret-potret peristiwa, pakaian pejuang wanita , mesin jahit, mesin ketik, antara lain: sebagainya yang pernah dipergunakan oleh pejuang wanita pada saat itu.
Museum Pergerakan Wanita Indonesia I Lokasi: Jalan Laksda Adisucipto 86-88 I Jam Operasional: Senin s.d. Kamis : pukul 08.00 ? 13.00 WIB I Jumat s.d. Sabtu : pukul 08.00 ? 12.00 WIB I Minggu dan Hari Besar : tutup