Perkembangan batik tidak hanya berpusat pada nama-nama besar industri batik seperti Yogyakarta, Solo dan Pekalongan. Bahkan di Yogyakarta sendiri telah muncul pusat batik alternatif seperti di Imogiri dan Desa Wisata Sembungan Kulon Progo.
Sembungan adalah nama sebuah dusun yang berada di wilayah Desa Gulurejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Keberadaan Dusun Sembungan sebagai sentra batik di Kulon Progo tidak terlepas dari sejarah panjang perkembangan batik di wilayah Yogyakarta itu sendiri. Perkembangan pusat-pusat batik di Yogyakarta seperti daerah njeron Benteng, Karangkajen, dan Prawirotaman tidak terlepas andil dari para tenaga batik yang berasal dari Sembungan ini.
Desa Wisata Sembungan
Perubahan memang tidak bisa dihindarkan, sejak tahun 2008 para pekerja batik yang berasal dari Sembungan ini menyatakan diri untuk kembali membangun tanah kelahirannya dengan membuka sentra batik yang tersebar di daerah Sembungan, serta tidak ketinggalan membuat corak batik khas Lendah.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo pun tidak tinggal diam melihat potensi masyarakat yang ingin berdikari dan berkembang menjadi agen perubahan bagi wilayahnya sendiri. Tahun 2010 sebagai pintu gerbang awal batik Lendah menjadi komoditas produk lokal yang bernilai nasional. Pada tahun tersebut, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mewajibkan para PNS di semua instansi yang berada di nya dan para murid dari TK sampai SMA menggunakan batik produk Lendah Kulon Progo sebagai salah satu seragam di hari tertentu.
Dengan kebijakan diatas tentunya memperngaruhi pemasaran batik khas Lendah ini keluar dari Kulon Progo, tidak hanya itu saja potensi wisata yang berbasiskan pada potensi lokal pun terbuka lebar. Infrastruktur jalan yang sudah bagus dan keindahan alam di sekitarnya membuat pengunjung tidak akan kecewa dengan pengalaman ini.
Sebagai rintisan desa wisata tentunya belum banyak fasilitas yang dikembangkan dari wilayah Sembungan ini, tapi tidak ada salahnya kita sebagai penggerak wisata untuk berinteraksi secara langsung dengan stakeholder wisata ini desa ini. Dengan prinsip belajar bersama proses tentunya lebih bijak dari pada berpangku tangan membiarkan potensi besar terbengkalai tanpa ada apresiasi dari kita semua.