Saoto Bathok Mbah Katro merupakan warung soto yang menyajikan soto khas solo. Di Solo sendiri, penyebutan saoto lazim digunakan untuk menyebut nama makanan berkuah ini. Warung soto ini sempat menjadi perbincangan para penikmat kuliner karena wadah penyajian soto berupa bathok kelapa dan suasana warung soto yang membuat penasaran para pengunjungnya.
Pemilik warung soto, Mbah Katro, dulunya adalah seorang karyawan hotel. Tapi karena bosan dengan pekerjaannya, beliau pun menginvestasikan sepetak sawah miliknya untuk dibangun saung-saung yang kini menjadi warung soto. Pemandangan persawahan yang memukau dan menenangkan jiwa, serta suasana pedesaan yang menambah betah para pengunjungnya sembari menikmati semangkuk saoto bathok.
Penggunaan bathok atau tempurung kelapa ini ternyata bukan tanpa tujuan. Batok kelapa memiliki kandungan karbon yang bagus untuk pencernaan. Saat kuah panas dituang ke dalam batok kelapa, maka akan langsung bereaksi untuk system pencernaan.
Dalam seporsi soto bathok terdapat nasi, potongan daging sapi, kol, tauge, seledri, dan bawang goreng yang terlihat tenggelam oleh kuah coklat soto. Kombinasi rasa gurih, manis, dan pedas dengan rempah-rempah yang pas sangat pas dinikmati bersama tempe garit yang asin. Citarasanya akan semakin terasa unik dengan menggunakan batok kelapa sebagai mangkuknya.
Disini terdapat dua area makan yang terdiri dari saung-saung untuk lesehan dan area dengan meja dan kursi untuk 2-4 orang. Seluruh konstruksi bangunan menggunakan bambu dan kayu sehingga kesan ndesonya pun semakin terasa di warung soto ini.
Lokasi Warung Saoto Mbah Katro sangat mudah ditempuh. Rute termudah adalah melalui Jalan Solo ke arah timur, sampai kira 200 meter setelah gerbang utama masuk Bandara Internasional Adi Sucipto, di sisi kiri akan ditemukan papan penunjuk arah menuju Candi Sambisari. Ikuti jalan, warung ini berada kurang lebih 50 meter utara Candi Sambisari. Warung soto buka mulai jam 06.00 pagi sampai habis.