Dalam penutupan Jalan Malioboro setiap hari Selasa Wage menghadirkan pertunjukan kesenian yang selalu membuat penasaran para pengunjung. Konsep street performance disajikan agar lebih mendekatkan para pengunjung dengan para penampil untuk mengenal lebih dekat dengan mereka. Sehingga tidak ada batasan bagi para pengunjung untuk menyaksikan lebih dekat bahkan terkadang bisa berbaur langsung  dan berfoto bersama dengan para penampil.

Meski digelar di kawasan Malioboro Yogyakarta, namun tidak hanya kesenian dari DIY saja yang ditampilkan. Selain menampilkan kesenian Angguk yang berasal dari Kulonprogo Yogyakarta, Malioboro Selasa Wage juga menghadirkan tari Sintren yang berasal dari Cirebon. Kedua tari ini dibawakan oleh grup Sukarejo di depan Gedung DPRD. Menuju ke selatan tepatnya di depan Gerbang Ketandan, Barongsai yang imut dengan lincahnya beratraksi menunjukkan talentanya.

Di depan Hamzah batik beberapa tarian tradisional juga dipertunjukan bahkan para penari mengajak para pengunjung untuk menari bersama. Di titik paling selatan di Plaza SO 1 Maret, Dinas Kebudayaan menyuguhkan sendratari yang menceritakan tentang cerita rakyat masyarakat Jawa. Kemudian di seberang Plaza SO 1 Maret tepatnya di Titik Nol Km, masyarakat dikenalkan dengan tari Pendhet dari Bali.

Dengan adanya berbagai kesenian yang dipertunjukkan di event Malioboro Selasa Wage, masyarakat tidak hanya sekedar mendapat hiburan namun secara tidak langsung juga mendapat edukasi budaya dan turut melestarikan kebudayaan. (san/dna)