Kawasan yang tak kalah indahnya di Mangunan ini adalah Bukit Mojo yang menawarkan keindahan matahari terbit maupun tenggelam. Dari Bukit Mojo juga pandangan mampu menjangkau aliran Sungai Oyo yang tepat berada di bawah. Namun siapa sangka, Bukit Mojo ini memiliki legenda tentang tanaman Mojo yang diyakini oleh masyarakat memiliki keterikatan dengan kisah Brawijaya V dan runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Syahdan dikisahkan, menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit yang diserang oleh Raden Patah yang tak lain adalah anak kandung Brawijaya V. Raden Patah berniat mengislamkan ayahnya, namun Senopati Kerajaan Majapahit yaitu Suronggolo dan Wironggolo (dalam cerita lain keduanya bernama Sabdo Palon Noyo Genggong) berusaha mempertahankan keyakinan Brawijaya V untuk tidak memeluk agama Islam. Peperangan tak terhindarkan, pasukan Brawijaya V mulai terdesak termasuk Suronggolo dan Wironggolo. Keduanya mundur hingga ke kawasan yang saat ini dikenal sebagai Mangunan.
Suronggolo dan Wironggolo bersama sisa-sisa pasukannya dipercaya menanam sebuah tanaman bernama Mojo sebagai tanda keberadaan mereka. Hingga saat ini, tanaman Mojo itu masih ada di sekitar Bukit Mojo. Hal inilah yang menjadikan asal-usul penamaan Bukit Mojo. Keunikan buah Mojo ini hanya tumbuh di sekitar Bukit Mojo dan tidak bisa ditanam di tempat lain. Bentuk buahnya kecil dengan tekstur yang berduri.