Sumber air yang posisinya berada di bawah bongkahan batu raksasa ini menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Nglanggeran. Kalisong (Sungai di dalam Song/Goa) memiliki mata air yang tidak pernah kering sepanjang tahun dan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat desa Nglanggeran hingga mengairi persawahan sekitarnya. Pentingnya air sebagai sumber kehidupan manusia membuat masyarakat desa Nglanggeran sangat menghormati mata air di Kalisong ini. Penghormatan masyarakat diwujudkan dalam tradisi bersih desa yang di selenggarakan rutin setiap Minggu Legi atau Senin Legi bulan Besar dalam penanggalan Jawa.

Masyarakat Nglanggeran juga percaya bahwa di sekitar Kalisong terdapat tempat yang didiami makhluk halus berupa Sima Pethak atau Macan Putih milik Kyai Sayono. Macan Putih milik Kyai Sayono ini bertugas untuk memelihara masyarakat dan lingkungan Nglanggeran dari berbagai macam marabahaya dan kejahatan.

Di Kalisong ini terdapat Pendopo yang digunakan untuk pentas kesenian ledhek/tayub yang diselenggarakan rutin setiap Rasulan atau bersih desa. Pengunjung bisa memanfaatkan pendopo ini untuk sekedar duduk sambil menikmati pemandangan dan udara sejuk perbukitan Nglanggeran. Selain itu, pendopo ini juga bisa digunakan sebagai ruang kegiatan oleh kelompok masyarakat atau komunitas untuk berkegiatan.


Kalisong โ€“ The Never Ending Spring

The spring located under a giant boulder is the lifeline of the Nglanggeran community. Kalisong (โ€œkali njeron songโ€/river inside a cave) has a spring that never dries up throughout the year, providing for the daily needs of the Nglanggeran village and irrigating the surrounding fields. The importance of water as a source of life has led the Nglanggeran community to hold a village cleaning tradition, which is regularly held every Minggu Legi or Senin Legi in the Javanese calendar.

The Nglanggeran community also believes that there are supernatural beings, such as Sima Pethak or the White Tiger, owned by Kyai Sayono, around Kalisong. Kyai Sayono’s White Tiger is tasked with protecting the people and the environment of Nglanggeran from various dangers and crimes. Kalisong also features a Pendopo, a traditional pavilion-like structure used for traditional performances such as ledhek/tayub (traditional couple dance), held regularly during ceremony of Rasulan or village cleaning ceremonies. Visitors can use this Pendopo to sit and enjoy the scenery and the cool mountain air. Additionally, it can be used as a meeting space for community groups or organizations.