Berbicara mengenai kuliner khas Gunungkidul, tentu saja makanan tradisional satu ini tidak bisa dilupakan, gatot dan tiwul. Kedua makanan khas Gunungkidul ini memang lebih dikenal sebagai kuliner tradisional karena memang sangat jarang ditemukan di perkotaan. Bahkan hingga kini, untuk mendapatkan panganan ndeso ini tergolong sulit.
Gatot dan tiwul merupakan panganan olahan singkong. Proses pengolahan dari singkong mentah sampai menjadi gatot dan tiwul ini bisa dibilang gampang-gampang susah. Sebelumnya singkong dikupas dan dicuci hingga bersih lalu dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Pada proses ini, namanya sudah berubah menjadi gaplek. Ada dua jenis gaplek, gaplek putih yang ditepungkan dan nantinya diolah menjadi tiwul dan gaplek hitam yang sudah difermentasikan dan selanjutnya diolah menjadi gatot.
Salah satu pelopor usaha gatot tiwul yang masih eksis hingga kini adalah Gatot Tiwul Yu Tum. Konon, Yu Tum sudah menjajakan gatot dan tiwul ini sejak tahun 1985. Awalnya Yu Tum menjajakan dagangannya ini dengan berkeliling Wonosari hingga akhirnya menempati bangunan permanen yang cukup besar. Kini bisnis kuliner khas Gunungkidul ini dikelola oleh keluarga besar Yu Tum.
Dulunya masyarakat Gunungkidul mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokok mereka. Namun sejalan dengan membaiknya ekonomi, mereka beralih ke beras, sehingga singkong hanya menjadi makanan pengganti saja. Meski demikian Yu Tum tetap gigih berkeliling berjualan gatot dan tiwul. Berkat kegigihannya ini, usaha gatot tiwul Yu Tum semakin sukses bahkan sudah memiliki beberapa cabang.
Sebagai salah pelopor kuliner khas Gunungkidul, gatot tiwul Yu Tum pun menjadi salah satu oleh-oleh wajib saat bertandang ke Gunungkidul. Inovasi produk juga terus dilakukan untuk semakin menarik pelanggan. Yang biasanya tiwul hanya memiliki rasa gula jawa, disini bisa ditemukan tiwul rasa cokelat, rasa nangka, bahkan rasa keju.
Gatot tiwul Yu Tum dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari 6ribu sampai 16ribu untuk kemasan besek, dan 45ribu rupiah untuk ukuran tumpeng.