Menikmati satu porsi nasi gudeg sambel krecek dan sepotong daging ayam atau telur adalah hal yang biasa kita lakukan. Akan lain cerita bila kita menikmatinya melalui antrian panjang dan langsung dari dapur tempat gudeg tersebut dimasak.
Udara dingin yang menusuk tulang tidak menciutkan nyali saya untuk mencoba cita rasa Gudeg Pawon yang sudah tersohor tersebut. Sepanjang perjalanan, saya hanya menemukan kesepian lalu lintas, begitu memasuki Jalan Janturan saya melihat kendaraan roda dua dan mobil terpakir dengan jumlah banyak di depan halaman rumah.
Karakter gudeg olahan Gudep Pawon ini termasuk dalam kategori gudeg basah yang tetap di pertahanakan sampai sekarang ini.? Menurut Pas Sumarwanto, putra dari Ibu Prapto Widarso, karakteristik gudeg basah tidak akan diutak-atik dengan alasan warisan orang tua sehingga perlu dipertahankan kelestariannya. Dapur dengan ukuran 7 x 9 meter dengan dinding yang dipenuhi jelaga menjadi saksi bisu kelangengan Gudeg Pawon olahan Ibu Prapto Widarso. Di sana, nasi tetap ditanak dengan tungku kayu bakar